Diskusi
Keprofesian atau yang biasa kita sebut disprof ini merupakan suatu agenda rutin
dari Divisi Keprofesian HMT – ITB. Pada disprof yang berlangsung pada tanggal 10 November 2012 di Ruang Seminar
Tambang kali ini, Divisi Keprofesian HMT mengundang himpunan
– himpunan lain untuk ikut berdiskusi tentang batubara dan pemanfaatannya di
Indonesia terutama. Himpunan yang kami undang antara lain IMMG, HMM, HMTP
Unisba, dan FE Unpad. Dari rencana awal yang tadinya disprof ini dimulai pada
pukul 09.45 pagi, namun akhirnya mundur sehingga baru bisa dimulai pukul 10.20
karena satu dan lain hal. Tujuan disprof kali ini mengundang berbagai himpunan
lain yaitu untuk berdiskusi tentang batubara dari berbagai sektor. Dari sektor
kebijakan – kebijakan pemerintah yang menyangkut batubara dibawakan oleh HMT,
dari sektor penambangan batubara dibawakan oleh HMTP Unisba, dari segi
pengolahan batubara dibawakan oleh IMMG, dari segi pemanfaatan batubara pada
PLTU dibawakan oleh HMM, dan dari segi keekonomian dibawakan oleh FE Unpad.
Dengan dimoderatori oleh Saudara Deo (saya sendiri), disprof pun dibuka pukul
10.20. Diawali dengan kata sambutan dari Saudara Tomy selaku Ketua Himpunan
Mahasiswa Tambang ITB, lalu dilanjutkan dengan kata sambutan dari Saudara
Taruna selaku bos dari Divisi Keprofesian HMT ini, lalu diskusi dipegang oleh
saya selaku moderator.
Sesi pertama disprof ini dibuka
dengan pemaparan dari perwakilan HMT, yaitu Saudara Norman, yang secara garis
besar menjelaskan tentang kebijakan – kebijakan pemerintah yang menyangkut
batubara di Indonesia ini. Diawali dengan penjelasan tentang pengertian
batubara secara umum, tahap pembentukan batubara, kondisi persebaran batubara
di Indonesia yang meliputi cekungan – cekungan batubara di Indonesia dan juga
sejarah penambangan batubara di Indonesia. Lalu setelah itu, barulah mulai
pembahasan tentang kebijakan – kebijakan pemerintah tentang batubara yaitu
PKP2B dan IUP, kebijakan Coal Getting, penggunaan batubara (UBC), dan
konservasi batubara di Indonesia. Lalu kesimpulan dari pemaparan Saudara Norman
ini yaitu:
1.
Perlunya
ketegasan pemerintah dalam pengawasan batubara di Indonesia
2.
Pembatasan
ekspor batubara ke luar negeri
3.
Perlunya
kebijakan – kebijakan yang merangsang munculnya industry hilir
4.
Sustainable
development
Pertanyaan pada sesi pertama ini dilambungkan oleh
Saudara Fajar, selaku perwakilan dari Kabinet KM ITB, yaitu apa kendala yang
menyebabkan daerah Kalimantan Timur sering mati lampu padahal Kaltim sendiri
sebagai daerah penghasil batubara yang cukup besar. Lalu pertanyaan diberikan
juga oleh Saudara Tomy tentang nasionalisasi mineral dan batubara dan juga
pengembangan energi terbarukan. Lalu ada pula beberapa masukan dari Saudara/i
Taruna dan Arin. Lalu pertanyaan terakhir diberikan oleh Saudara Sugimanto,
perwakilan dari HMM yaitu bagaimana optimalisasi batubara di Indonesia.
Sesi kedua disprof ini dibawakan oleh Saudara Iqbal
Alamsyah, perwakilan dari HMTP Unisba. Disini dijelaskan tentang Good Mining
Practice, ciri – ciri tambang barubara, tahapan openpit, shovel and truck, dan
juga ada yang memakai Continuos Miner. Selain itu dijelaskan juga tentang
Highwall Mining dan tambang bawah tanah yang lainnya. Lalu pertanyaan pertama
dilemparkan oleh Saudara Dini, bagaimana dampak lingkungan dari kegiatan
penambangan ini. Penanya kedua yaitu Saudara Tomy mengenai kondisi pertambangan
batubara di Indonesia. Lalu penanya kedua yaitu Romli tentang mineral sulfida.
Kesimpulan dari sesi kedua ini adalah teknik penambangan batubara yang ideal di
Indonesia yaitu open pit dan menggunakan BWE.
Sesi ketiga disprof ini dibawakan oleh perwakilan dari
FE Unpad, Abdullah Kholifah. Pada sesi ketiga ini dijelaskan tentang batubara
Indonesia dari segi ekonomi. Diawali dengan penjelasan tentang Report Mc.
Kinley yang isinya optimisme dari pihak luar yang pada tahun 2020 Indonesia
akan menjadi no. 2 di dunia. Lalu sedikit penjelasan tentang kondisi geografis
Indonesia dan overview perekonomian Indonesia. Lalu setelah ini dijelaskan
tentang batubara dan perekonomian Indonesia yang meliputi posisi strategis
dalam perekonomian Indonesia, sumber penerimaan negara, dan lapangan kerja
baru. Dipaparkan pula tentang domestic demand yang rendah terhadap batubara.
Rekomendasi dari pemaparan ini adalah mendorong pemanfaatan dalam negeri,
sistem regulasi yang diperbaiki lagi, perencanaan penggunaan batubara nasional,
dan kegiatan eksplorasi batubara. Pertanyaan pertama pada sesi ketiga ini dilambungkan
oleh Saudara Taruna yaitu dari sudut ekonomi bagaimana jika tambang batubara
ditutup. Pertanyaan kedua dari Saudara Kibon yaitu dari sudut pandang ekonomi
mengapa pasar batubara di Indonesia turun. Pertanyaan ketiga dari Saudari Dini
mengenai margin ekonomi batubara Indonesia.
Sesi keempat disprof ini dibawakan oleh Dinni
Nurhayani selaku perwakilan dari IMMG ITB. Pemaparan ini dibuka dengan
penjelasan tentang energy mix di Indonesia pada masa depan. Lalu dilanjutkan
dengan pemanfaatan batubara yaitu steam coal dan coking coal. Setelah itu
dijelaskan pula tentang parameter kualitas batubara yang meliputi analisi
proksimat dan analisis ultimat. Lalu dijelaskan pula mengenai pemanfaatan brown
coal. Setelah itu, dijelaskan pula tentang pemanfaatan batubara dalam bentuk
lain, misalnya Coal Oil Mixture (COM) dan Coal Water Mixture (CWM). Lalu
penjelasan terakhir dibahas mengenai pemanfaatan Low Rank Coal atau batubara
kualitas rendah. Penanya pertama pada sesi ini datang dari Saudara Hanif
mengenai batubara Indonesia dan cara upgrading brown coal. Penanya kedua dari
Saudara Nata mengenai alur pengolahan batubara dalam industri.
Sesi kelima disprof ini dibawakan oleh Saudara Rano
selaku perwakilan dari HMM ITB. Pada pemaparan ini akan dijelaskan mengenai penggunaan
batubara pada PLTU. Dimulai dengan pemaparan perkiraan cadangan batubara dan
dilanjutkan dengan batubara dan PLTU. Dikatakan efisiensi terbaik dari sebuah
PLTU yaitu sekitar 50%. Sebagai contoh PLTU Suralaya efisiensinya hanya 40%
yang membutuhkan sekitar 45 ton/hari batubara untuk menghasilkan listrik 100MW.
Lalu dijelaskan pula tentang klasifikasi batubara menurut kualitasnya. Setelah
itu dijelaskan pula tentang jenis – jenis tungku bahan bakar padat dan yang
terakhir dijelaskan tentang adaptasi berupa tantangan batubara ke depan, coal
upgrading, pembentukan briket. Pada sesi ini terlihat antusiasme dari peserta
diskusi yang membahas tentang energi Indonesia pada masa depannya terutama
dengan pemanfaatan batubara saat ini. Berbagai alternatif energy didisikusikan
namun pada diskusi kali ini semua mengarah pada batubara sebagai sumber energi
yang memungkinkan untuk digunakan dengan kondisi lingkungan dan masyarakat
Indonesia ini. Penanya pertama pada diskusi ini datang dari Saudara Jaya yang
menanyakan berapa biaya pembuatan PLTU dan berapa besar listrik yang
dihasilkan. Penanya ketiga datang dari Saudara Hanif yang menanyakan apakah
batubara dapat bertahan hingga masa depan nanti dan juga tentang masalah emisi
gas buang yang dihasilkan PLTU.
Setelah lima pemaparan dari masing – masing himpunan
tersebut memaparkan presentasinya mengenai batubara dari segala aspek, disprof
kali ini disimpulkan oleh Saudara Taruna. Walaupun disprof ini mulai agak telat
namun disprof kali ini terlihat hidup dengan peserta diskusi yang saling
berdiskusi dan mengkaji masalah energi di Indonesia untuk ke depaannya.
Sebetulnya disprof kali ini merupakan lanjutan dari disprof kecil yang
dilakukan oleh internal HMT mengenai kebijakan batubara di Indonesia.
Demikianlah disprof kali ini, overall disprof kali ini berjalan dengan lancar. Viva Keprofesian!!!
Ruang Seminar
Tambang, 10 November 2012
Ditulis oleh: Adeodatus Palmadite
12110061
Divisi Keprofesian HMT – ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar