Jumat, 23 November 2012

RESUME DISKUSI KEPROFESIAN “BATUBARA DAN PEMANFAATAN”

               Diskusi Keprofesian atau yang biasa kita sebut disprof ini merupakan suatu agenda rutin dari Divisi Keprofesian HMT – ITB. Pada disprof yang berlangsung pada tanggal 10 November 2012 di Ruang Seminar Tambang kali ini, Divisi Keprofesian HMT mengundang himpunan – himpunan lain untuk ikut berdiskusi tentang batubara dan pemanfaatannya di Indonesia terutama. Himpunan yang kami undang antara lain IMMG, HMM, HMTP Unisba, dan FE Unpad. Dari rencana awal yang tadinya disprof ini dimulai pada pukul 09.45 pagi, namun akhirnya mundur sehingga baru bisa dimulai pukul 10.20 karena satu dan lain hal. Tujuan disprof kali ini mengundang berbagai himpunan lain yaitu untuk berdiskusi tentang batubara dari berbagai sektor. Dari sektor kebijakan – kebijakan pemerintah yang menyangkut batubara dibawakan oleh HMT, dari sektor penambangan batubara dibawakan oleh HMTP Unisba, dari segi pengolahan batubara dibawakan oleh IMMG, dari segi pemanfaatan batubara pada PLTU dibawakan oleh HMM, dan dari segi keekonomian dibawakan oleh FE Unpad. Dengan dimoderatori oleh Saudara Deo (saya sendiri), disprof pun dibuka pukul 10.20. Diawali dengan kata sambutan dari Saudara Tomy selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Tambang ITB, lalu dilanjutkan dengan kata sambutan dari Saudara Taruna selaku bos dari Divisi Keprofesian HMT ini, lalu diskusi dipegang oleh saya selaku moderator.
            Sesi pertama disprof ini dibuka dengan pemaparan dari perwakilan HMT, yaitu Saudara Norman, yang secara garis besar menjelaskan tentang kebijakan – kebijakan pemerintah yang menyangkut batubara di Indonesia ini. Diawali dengan penjelasan tentang pengertian batubara secara umum, tahap pembentukan batubara, kondisi persebaran batubara di Indonesia yang meliputi cekungan – cekungan batubara di Indonesia dan juga sejarah penambangan batubara di Indonesia. Lalu setelah itu, barulah mulai pembahasan tentang kebijakan – kebijakan pemerintah tentang batubara yaitu PKP2B dan IUP, kebijakan Coal Getting, penggunaan batubara (UBC), dan konservasi batubara di Indonesia. Lalu kesimpulan dari pemaparan Saudara Norman ini yaitu:
1.      Perlunya ketegasan pemerintah dalam pengawasan batubara di Indonesia
2.      Pembatasan ekspor batubara ke luar negeri
3.      Perlunya kebijakan – kebijakan yang merangsang munculnya industry hilir
4.      Sustainable development
Pertanyaan pada sesi pertama ini dilambungkan oleh Saudara Fajar, selaku perwakilan dari Kabinet KM ITB, yaitu apa kendala yang menyebabkan daerah Kalimantan Timur sering mati lampu padahal Kaltim sendiri sebagai daerah penghasil batubara yang cukup besar. Lalu pertanyaan diberikan juga oleh Saudara Tomy tentang nasionalisasi mineral dan batubara dan juga pengembangan energi terbarukan. Lalu ada pula beberapa masukan dari Saudara/i Taruna dan Arin. Lalu pertanyaan terakhir diberikan oleh Saudara Sugimanto, perwakilan dari HMM yaitu bagaimana optimalisasi batubara di Indonesia.
Sesi kedua disprof ini dibawakan oleh Saudara Iqbal Alamsyah, perwakilan dari HMTP Unisba. Disini dijelaskan tentang Good Mining Practice, ciri – ciri tambang barubara, tahapan openpit, shovel and truck, dan juga ada yang memakai Continuos Miner. Selain itu dijelaskan juga tentang Highwall Mining dan tambang bawah tanah yang lainnya. Lalu pertanyaan pertama dilemparkan oleh Saudara Dini, bagaimana dampak lingkungan dari kegiatan penambangan ini. Penanya kedua yaitu Saudara Tomy mengenai kondisi pertambangan batubara di Indonesia. Lalu penanya kedua yaitu Romli tentang mineral sulfida. Kesimpulan dari sesi kedua ini adalah teknik penambangan batubara yang ideal di Indonesia yaitu open pit dan menggunakan BWE.
Sesi ketiga disprof ini dibawakan oleh perwakilan dari FE Unpad, Abdullah Kholifah. Pada sesi ketiga ini dijelaskan tentang batubara Indonesia dari segi ekonomi. Diawali dengan penjelasan tentang Report Mc. Kinley yang isinya optimisme dari pihak luar yang pada tahun 2020 Indonesia akan menjadi no. 2 di dunia. Lalu sedikit penjelasan tentang kondisi geografis Indonesia dan overview perekonomian Indonesia. Lalu setelah ini dijelaskan tentang batubara dan perekonomian Indonesia yang meliputi posisi strategis dalam perekonomian Indonesia, sumber penerimaan negara, dan lapangan kerja baru. Dipaparkan pula tentang domestic demand yang rendah terhadap batubara. Rekomendasi dari pemaparan ini adalah mendorong pemanfaatan dalam negeri, sistem regulasi yang diperbaiki lagi, perencanaan penggunaan batubara nasional, dan kegiatan eksplorasi batubara. Pertanyaan pertama pada sesi ketiga ini dilambungkan oleh Saudara Taruna yaitu dari sudut ekonomi bagaimana jika tambang batubara ditutup. Pertanyaan kedua dari Saudara Kibon yaitu dari sudut pandang ekonomi mengapa pasar batubara di Indonesia turun. Pertanyaan ketiga dari Saudari Dini mengenai margin ekonomi batubara Indonesia.
Sesi keempat disprof ini dibawakan oleh Dinni Nurhayani selaku perwakilan dari IMMG ITB. Pemaparan ini dibuka dengan penjelasan tentang energy mix di Indonesia pada masa depan. Lalu dilanjutkan dengan pemanfaatan batubara yaitu steam coal dan coking coal. Setelah itu dijelaskan pula tentang parameter kualitas batubara yang meliputi analisi proksimat dan analisis ultimat. Lalu dijelaskan pula mengenai pemanfaatan brown coal. Setelah itu, dijelaskan pula tentang pemanfaatan batubara dalam bentuk lain, misalnya Coal Oil Mixture (COM) dan Coal Water Mixture (CWM). Lalu penjelasan terakhir dibahas mengenai pemanfaatan Low Rank Coal atau batubara kualitas rendah. Penanya pertama pada sesi ini datang dari Saudara Hanif mengenai batubara Indonesia dan cara upgrading brown coal. Penanya kedua dari Saudara Nata mengenai alur pengolahan batubara dalam industri.
Sesi kelima disprof ini dibawakan oleh Saudara Rano selaku perwakilan dari HMM ITB. Pada pemaparan ini akan dijelaskan mengenai penggunaan batubara pada PLTU. Dimulai dengan pemaparan perkiraan cadangan batubara dan dilanjutkan dengan batubara dan PLTU. Dikatakan efisiensi terbaik dari sebuah PLTU yaitu sekitar 50%. Sebagai contoh PLTU Suralaya efisiensinya hanya 40% yang membutuhkan sekitar 45 ton/hari batubara untuk menghasilkan listrik 100MW. Lalu dijelaskan pula tentang klasifikasi batubara menurut kualitasnya. Setelah itu dijelaskan pula tentang jenis – jenis tungku bahan bakar padat dan yang terakhir dijelaskan tentang adaptasi berupa tantangan batubara ke depan, coal upgrading, pembentukan briket. Pada sesi ini terlihat antusiasme dari peserta diskusi yang membahas tentang energi Indonesia pada masa depannya terutama dengan pemanfaatan batubara saat ini. Berbagai alternatif energy didisikusikan namun pada diskusi kali ini semua mengarah pada batubara sebagai sumber energi yang memungkinkan untuk digunakan dengan kondisi lingkungan dan masyarakat Indonesia ini. Penanya pertama pada diskusi ini datang dari Saudara Jaya yang menanyakan berapa biaya pembuatan PLTU dan berapa besar listrik yang dihasilkan. Penanya ketiga datang dari Saudara Hanif yang menanyakan apakah batubara dapat bertahan hingga masa depan nanti dan juga tentang masalah emisi gas buang yang dihasilkan PLTU.
Setelah lima pemaparan dari masing – masing himpunan tersebut memaparkan presentasinya mengenai batubara dari segala aspek, disprof kali ini disimpulkan oleh Saudara Taruna. Walaupun disprof ini mulai agak telat namun disprof kali ini terlihat hidup dengan peserta diskusi yang saling berdiskusi dan mengkaji masalah energi di Indonesia untuk ke depaannya. Sebetulnya disprof kali ini merupakan lanjutan dari disprof kecil yang dilakukan oleh internal HMT mengenai kebijakan batubara di Indonesia. Demikianlah disprof kali ini, overall disprof kali ini berjalan dengan lancar. Viva Keprofesian!!!

Ruang  Seminar Tambang, 10 November 2012
Ditulis oleh: Adeodatus Palmadite
                    12110061
                    Divisi Keprofesian HMT – ITB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar