Kamis, 17 Desember 2009

One year study period in UNSW


My name is Aditya Wardhana. I am studying mining engineering as my major subject with 12106050 as my student ID at Institute Technology of Bandung. Beside studying, I am also a tutor for junior and senior high school student. Thank God I was given with a great chance to join Study Abroad Program (Mining Engineering) at UNSW for one year period. At the first time, it was very scary to realize that I have to go overseas alone. However, I did not realize that an amazing journey was being started. About this article, it is aimed that I am able to share some essential points. I always hope that there is a good point can be taken from here so that better achievement can be gained day to day.

Australia, as its name, is a western country. However, this idea was vanished when the first time I came to Sydney. I saw tons of Asian people include Indonesian. At the first two weeks, I did not feel that I was in Australia. The weather and people very similar compared with my city, Bandung. The most depressed thing that I learned here was to have a conversation with local people. They speak very fast. I did not even understand what they were talking. When I tried to get a SIM card for my phone, I talked like a Tarzan in a jungle by using gesture instead of English. At the first time the most recently sentence that I used is “Can you speak more slowly, please?” It was quite embarrassing and very stressful to getused to start a conversation. Fortunately, it was getting better and better afterward.

Australian white boys have several slang such as “How is it going mate?” or “G’day mate?” (which means “How are you?”), “Cheers mate” (which means “thank you”), “No worries” (which means “you’re welcome), and so on. They love to abbreviate a long sentence as well. For instances, instead of saying McD for Mcdonald’s fast food restaurant, they call it McKers. If they are saying “mosy” it means mosquito, “chuck” for chicken, “tini” for beer, and so on.
In terms of university, UNSW unilife has a quite similar with ITB. They have lots of specific community deals with religion, science, sports, musical, etc. They also have student’s court where they have their own president and their hierarchy much similar with KM ITB. Furthermore, in terms of mining student culture, there are two basic different was encountered, plagiarism and experience. We have known that cheating is a skill that student must have in order to pass the exam. Not only cheating, we (me as well) used to copy the others assignment and claimed it as ours. However, it is restricted to do that in UNSW. They use a program called turnitin to examine plagiarism for students work. Students who caught on plagiarism will get zero mark without excuse.

UNSW mining engineering students usually work in mining computer lab. They do work together, but they did not copy one an other. They enjoy the learning process together. Nonetheless, there is no perfect thing in the world, therefore not all of them do the thing that mentioned previously but what I am trying to explain is their learning style. Another plus point from UNSW mining engineering is that they have abundance of resource. UNSW library have a massive amount of mining references and as a student, we can easily access the electronic journal published by the other researcher. Therefore, they always have up to date information about the science and technology development not only for mining but also for the entire UNSW staff. It is very good for them who want to know more than that was given in the lecture.
In terms of lecture, the lecturer does not urge the student to come to his lecture. It is really up to you whether you want to go to the lecture or not. You are able to wear short pants and thongs to the lecture even for final exam. The lecturer provides all of the useful data and they told the student to use it for reference. The mining course structure is a little bit different as well. The basic difference is that they think the student can do “self learning”. Therefore they put the general mining knowledge such as mineral and processing in the second year, all of basic mining lecture in third year and left all of project based learning for the 4th year. In the final year, they integrate all of the mining course from second and third year by mastering the practical aspect of the lecture and several software package which is very useful in the field.
About their culture, they have very wide range different characteristics. Some of them are very diligent, well organized, and nice but not a few of them are in the opposite one. It can be concluded that their characteristics are similar to ours. Another difference encountered here is the way of having fun. They always have a party, which means alcohol, live DJ, house music and sex are included here. This is exactly the western culture. One interesting point is that the party is getting worse and worse nowadays. Nowadays, lots Australian high school students have a formal to celebrate their graduation. They hire a limousine, book for an expensive and luxury restaurant and get a teeth whitening which can cost around 4000 AUD. They never think to save their money. The government has already allocated for their superannuation by applying higher income tax. All they do are having fun to enjoy their life.

From my point of view, both Indonesian (ITB mining engineering) and Australian (UNSW mining engineering) have their own plus point. We have better relationship from one to another student and we called it family which I could not see much in UNSW. However, they have their dignity to show their understanding and solve the problem by their own work. The last point is the most important thing that I learned from UNSW. Let us start with a single step by minimizing plagiarism habit so that we are able to learn the beauty of studying.

“Learning is an iterative process with several improvement”


Rabu, 09 Desember 2009

Combustible Coal X'self

Mungkin anda pernah melihat batubara terbakar dengan sendirinya baik itu di stockpile atau tambang. Kejadian ini merupakan hal yang biasa mengingat batubara adalah bahan bakar padat dimana unsur pembentuknya adalah tumbuhan yang mengandung carbon. Batubara yang teronggok cukup lama di stockpile atau tambang bisa terbakar dengan sendirinya akibat proses oksidasi dimana oksigen masuk ke rongga-rongga dari tumpukan batubara, akibat cuaca yang cukup panas dan disertai hujan serta angin maka terjadilah gesekan oksigen dengan batubara yang teronggok yang sudah mengandung uap air karena hujan dan panas. Dari sini terjadilah terjadi gesekan panas dan oksigen yang menimbulkan api yang menyebabkan terbakar dengan sendirinya.

Oleh karenanya management stockpile harus diperhatikan untuk menghindari batubara terbakar dengan sendirinya diantaranya :

1. Kondisi stockpile harus berada diatas bukit (topografi bukit dengan elevasi yang tinggi).
2. Disekeliling Stockpile harus ada drainage untuk menghindari terkumpulnya air akibat hujan.
3. Dari segi tumpukan harus diperhatikan tinggi tumpukan batubara <>





sumber :
http://bosstambang.com/home/395-batubara-terbakar-sendiri.html



Tipe –Tipe Orang di HMT


Dalam sebuah organisasi atau di HMT kita sendiri terdapat berbagai tipe orang yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini bisa disebabkan latar belakang pengalaman maupun kepribadian orang per orang. Perbedaan tersebut bila tidak dikenali dan dikelola dengan baik bisa menimbulkan ketidakharmonisan dalam tim atau organisasi. Sebaliknya, bila perbedaan tersebut mampu dikelola, kita akan mendapatkan manfaat yang sangat besar untuk kemajuan organisasi.

Pembicara dan trainer sekaligus motivator James Gwee memaparkan 5 type orang yang umumnya ada dalam satu tim, yaitu :

1.Tipe Driver

Orang tipe driver adalah orang selalu penuh dengan ide-ide, antusiasme dan energi. Dia selalu memiliki ide apa yang harus dilakukan organisasi ke depan. Terkadang ide yang pertama belum terlaksana, dia sudah datang dengan ide baru yang menurut dia lebih baik. Organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki orang-orang seperti ini tidak akan memiliki ide baru untuk mendorong organisasi atau perusahaan lebih maju. Contoh posisi yang cocok untu tipe ini adalah developer (pembangun), pengarah (set direction) dan innovator.

2. Planner

Orang dengan tipe planner umumnya tidak sepintar tipe driver tapi memiliki keunggulan dalam merangkum apa yang sudah dibicarakan, mendokumentasikannya, kemudian mendistribusikan ke semua orang yang terkait. Ide-ide yang dibahas dalam Rapat kerja atau meeting yang tidak dibuat summary-nya (notulen) tidak akan pernah dilaksanakan karena orang bekerja berdasarkan notulen yang sudah dibuat. Contoh tipe ini cocok untuk : ahli Strategi, Estimator dan Scheduler (pembuat jadwal)

3. Enabler

Orang tipe Enabler adalah orang yang pintar menghemat dana sesuai budget. Untuk mendapatkan harga yang paling murah, biasanya dia akan membandingkan beberapa penawaran dari suppier. Bila ada kewajiban memberi hadiah, dia akan mencari sponsor yang bisa menyediakan hadiah sehingga organisasi tidak perlu mengeluarkan dana. Orang tipe Enabler berfungsi mengerem tipe driver yang selalu ingin cepat tanpa memperdulikan pengeluaran. Contoh posisi yang sesuai untuk tipe ini adalah Manager Keuangan (Bendahara), Promotor, dan Negosiator.

4. Exec

Tipe Exec adalah orang yang hidup bila berada di lapangan dan menjalankan apa yang sudah direncanakan. Orang ini termasuk tipe pelaksana (eksekutor) atau organizer yang senang turun tangan langsung bila ada masalah tanpa memperdulikan itu tugas siapa. Contoh posisi yang cocok untuk tipe ini adalah Produser, Koordinator dan bagian Pemeliharaan



5. Controller

Tipe controller adalah orang yang suka memonitor, mengevaluasi dan mengkritik setelah sesuatu terjadi tapi tidak memberi kontribusi dan usulan saat kegiatan berlangsung. Nilai positifnya adalah dia memberi masukan agar tidak mengulangi kesalahan. Contoh posisi yang cocok untuk tipe ini adalah Auditor dan Evaluator.

Dengan mengenali 5 tipe orang di atas, maka kita diharapkan mengenali orang-orang yang ada di tim atau organisasi kita dan mengidentifikasi kira-kira dia termasuk tipe yang mana.

HMT sejauh pandangan saya memiliki orang-orang dengan tipe-tipe yang ada diatas. Coba lihat tipe pertama,tipe driver. Tipe ini haruslah dimiliki seorang Kahim dan itu sangat mutlak jika kita menginginkan HMT terus berkarya dan penuh manfaat bagi anggota dan masyarakat. Ketua juga harus mengenal potensi-potensi sebahagian besar dari anggotanya hingga akhirnya ia tidak salah memilih orang-orang yang dipercaya mengemban kegiatan-kegiatan himpunan. Dalam struktur kita terdapat dua wakil himpunan. Sejauh pandangan saya, seorang wakahim adalah orang yang mempunyai kemampuan hampir sama dengan Kahim dan jika dikonversikan dengan tipe diatas,maka ia adalah tipe driver juga.

Berikutnya adalah peran Kadiv dan Katim. Mereka lah orang yang menjadi refleksi kepengurusan HMT. Satu divisi saja tidak optimal mencerminkan leadership yang belum maksimal dari Kahim dan kurangnya fungsi dari orang-orang yang termasuk tipe controller. Kenapa seperti itu?, nah saat pertama sekali seorang Kahim mempercayakan posisi Kadiv ke salah satu anggota,maka ia harus benar-benar mampu membuat orang tersebut mampu dan percaya diri untuk mengemban tugas tersebut selama satu kepengurusan. Setelah ia merasa yakin dan sanggup menjadi Kadiv/Katim barulah wakil ketua berperan untuk menjaga semangat mereka dengan "berpartner" dalam program-program yang telah mereka buat sehingga seorang wakil wajib mengetahui dan mengerti program-program yang telah dibuat oleh divisi yang dipercayakan Kahim untuk diperhatikannya.

Seorang kadiv/katim adalah seorang yang bertipe planner yang mampu memanage orang-orang yang paling "muda" di organisasinya untuk saling berkerjasama membangun HMT kita. Kadiv/Katim bekerjasama dengan wakil melihat potensi anggota yang ada pada divisi/tim nya sesuai dengan tipe-tipe yang diatas untuk dipersiapkan pada kepengurusan berikutnya. Hasil pemantauan ini lah yang didiskusikan dengan Kahim.

Metode Koprik dan Rapat Anggota yang ada pada HMT merupakan salah satu cara Kahim dan pengurus inti melihat potensi yang ada pada anggota secara keseluruhan, khususnya untuk mencari seorang yang bertipe Driver dan Planner. Bukan berarti orang yang bertipe exec dan enabler memutuskan untuk tidak datang, karena proses yang terjadi pada koprik dan RA memberikan pemahaman yang jauh lebih baik untuk mererka dalam mengerjakan program-program yang membangun HMT.
Terakhir adalah tipe controller. Tipe ini sudah cukup dijelaskan pada poin 5 dan siapakah mereka?. Mereka adalah orang yang pernah menjadi pengurus HMT dan memahami kondisi kepengurusan yang sedang berjalan.

Dengan pengenalan tersebut kita akan bisa mengetahui dimana posisi yang cocok untuk anggota sehingga anggota bisa memberikan kontribusi maksimal untuk kemajuan HMT kita!.

Segini saja dulu ya dari saya, pesan untuk kita : jalin keakraban diantara kita, jangan jaim, tetap santun dan semua yang kita lakukan demi HMT akan membentuk diri kita menjadi pribadi yang mempunya nilai lebih nantinya. Ini investasi kita yang tanpa disadari namun dengan satu syarat yaitu IKHLAS.



Yudi Lesmana
Wakil Ketua I Himpunan Mahasiswa ITB 2009-2010

Kata Siapa Mahasiswa Baru Tidak Bisa Me-manage Waktu?


Banyak mahasiswa, terutama mahasiswa baru, merasa bahwa kebiasaan belajar yang dilakukannya sudah memadai dan manajemen waktu yang dilakukan sudah efisien. Terbukti di SMA dulu, mereka adalah murid terpandai atau setidaknya tidak pernah merasa kesulitan untuk mendapatkan nilai yang baik. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, beberapa di antara mahasiswa ini menyadari bahwa nilai yang diperoleh tidak secemerlang seperti ketika di SMA. Nilai A atau B sepertinya sulit dijangkau. Mengapa? Apa sebenarnya yang terjadi? Salah satu jawabannya mungkin karena keterampilan belajar, termasuk manajemen waktu yang kurang efektif. Kuliah di perguruan tinggi memang berbeda dengan belajar di SMA. Oleh karena itu, manajemen waktu yang ada mestinya turut diperhatikan.

Tidak ada satu cara yang ampuh yang berlaku bagi semua orang dalam manajemen waktu. Namun dengan mengenali diri sendiri secara lebih baik, Anda dapat menentukan bagaimana cara mempergunakan waktu dengan lebih efektif. Pelu pula diingat bahwa inti dari manajemen waktu adalah konsetrasi pada tujuan/ hasil yang ingin diperoleh, bukan hanya sekedar menyibukkan diri. Banyak orang menghabiskan hari-harinya dengan berbagai kegiatan yang seakan tiada habisnya, tetapi tidak mendapat capaian apapun. Hal ini terjadi karena kurangnya konsentrasi pada hal yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dalam sistem kredit semester (SKS), mahasiswa diharapkan mengalokasikan waktu untuk belajar di dalam kelas sebanyak 1 jam/minggu serta di luar kelas sebanyak 2 jam/minggu untuk setiap 1 SKS. Jika seorang mahasiswa mengambil 18 SKS, maka mahasiswa tersebut harus belajar setidaknya 36 jam per minggu di luar kelas secara mandiri. Jadi, mahasiswa tersebut harus merencanakan total jam belajar di kelas dan di luar kelas sebanyak 54 jam per minggu.

Salah satu sistem manajemen waktu yang bisa dipilih oleh mahasiswa adalah sistem siklus pada setiap tahun ajaran atau setiap semester. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai manajemen waktu. Umumnya sistem ini dimulai dengan menetapkan tujuan (goal setting) untuk mengukuhkan konteks bagi manajemen waktu. Berikutnya adalah menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana Anda menghabiskan waktu. Tahap ketiga adalah membuat rencana, dan ini termasuk membuat to do list, rencana mingguan, rencana bulanan, dan rencana semesteran. Tahap keempat adalah memantau (self monitoring) apa yang telah dikerjakan. Pada tahap ini, Anda menilai seberapa baik Anda dalam menjalankan rencana, seberapa akurat Anda membuat rencana, seberapa tepat Anda menduga kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan sebagainya. Tahap akhir dari siklus manajemen waktu ini adalah pergeseran dan penyesuaian waktu, dimana Anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum memulai siklus yang baru.

Setiap orang akan bermasalah dengan waktu. Masalah yang dihadapi adalah kita tidak mungkin mengubah waktu atau mengendalikannya. Kita tidak mungkin mempercepat waktu atau memperlambat waktu. Jadi, jangan lagi kita menjadikan waktu sebagai alasan masalah mengapa kita tidak bisa belajar dengan benar. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara kita memutuskan untuk menggunakan dan mengisi waktu yang dijatahkan kepada kita.



Andy Yahya Al Hakim
Ketua Himpunan Mahasiswa ITB 2009-2010


Selasa, 08 Desember 2009

saat mulut kita dibungkam, kita tidak bisa berkata-kata namun, untung hanya mulut kita, bukan PIKIRAN dan KEMAUAN kita


Tantangan di masa mendatang jauh lebih berat daripada sekarang, jadi bagaimana kita mempersiapkannya? Bukan untuk mundur dengan tantangan yang lebih berat dan mengekang kebebasan kita untuk bergerak maju, namun supaya kita selalu memikirkan bagaimana kita akan bergerak ke depannya. Kita dikekang dalam segala perbuatan kita, dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Sejak awal kita kedatangan adik-adik baru di Institut Teknologi Bandung ini, berbagai larangan telah secara otomatis mereka emban. Larangan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbau “OS” yang dilontarkan oleh “pihak-pihak” yang selalu mengkambing hitamkan kegiatan tersebut, yang ingin mendewasakan tanpa memberikan kesempatan untuk berdiskusi dua arah. Itu hanya awal dari perjalanan kader-kader yang katanya masih terbaik bangsa, walaupun secara turun temurun, prestasinya makin menurun karena kita berdiri di atas tongkat kesombongan kita dengan mengemban Institut terbaik bangsa.

Saat kader-kader tersebut masuk sesuai minat dan bakat mereka di jurusan masing-masing, mereka sudah mendapat larangan yang sama untuk tidak mengikuti kegiatan “OS” tersebut. Entah karena ada bayang-bayang kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga semua pihak rasanya khawatir akan hal tersebut. Bukan hal yang mudah untuk mengkomunikasikan semuanya, karena kembali lagi, banyak orang-orang tua yang telah ketakutan akan terjadinya kesalahan kecil yang dapat merenggut nyawa anak Adam, dan pintu untuk bernegosiasi akhirnya tertutup. Padahal kalau kalian semua, yang kata mereka “OS”, atau “kaderisasi – begitu saya akan menyebutnya dalam paragraph-paragraf saya berikutnya”, bukan lah untuk kegiatan pembalasan dendam dan peluapan amarah karena dulu mendapat perlakuan seperti itu. Kaderisasi merupakan sebuah penurunan nilai, sebuah pembelajaran, dan tidak hanya berhenti saat seseorang mendapat pengakuan, seperti saat dia dilantik menjadi anggota biasa.

Kaderisasi dimulai sejak seorang anak Adam memilih untuk menangis sejadi-jadinya saat ari-ari perut dia terputus dari ibu-nya. Sampai anak Adam itu mati dan melepaskan nyawa dari tenggorokannya, baru lah perjalanan panjang akan kaderisasi itu usai. Apakah kita memutuskan untuk tidak berkaderisasi (sekali lagi saya ingatkan, kaderisasi adalah proses untuk belajar dan penurunan nilai), dimana saat ini, di Institut Teknologi Bandung ini semua orang-orang tua kita sudah anti dengan kata tersebut? Jawabannya, TIDAK. Karena kita adalah seorang mahasiswa yang menjadi agent of change (agen perubahan), guardian of value (penjaga nilai), dan iron stock (cadangan masa depan), yang harus membuktikan semuanya berdasarkan pendapat yang ilmiah dan bisa dirasionalisasikan dengan baik. Inikah yang harus terjadi, penggundulan terhadap kemahasiswaan kita? Bukan saatnya terlena oleh kondisi kenyamanan yang ada, namun untuk keluar dari sisi kenyamanan tersebut dan mulai memikirkan bagaimana ke depannya.

Apakah saat kita nantinya melupakan proses kaderisasi tersebut, kita akan membiarkan tidak ada nilai yang turun kepada adik-adik kita, yang akan menjadi penerus kita? Apakah kita akan membiarkan dengan seenaknya melupakan perjuangan para pendahulu kita, yang bahkan harus memberontak untuk masuk kampus, saap kampus ditutup oleh militer dan mahasiswa pun terbatas untuk keluar masuk? Jaman kita memang berbeda dengan pendahulu kita tersebut, tidak ada lagi todongan senjata, namun apakah kita akan terlena oleh kamar kosan yang nyaman dengan internet dan televisi kabel di dalamnya, dengan HP di tangan dan hanya dengan beberapa tombol makanan sudah datang di depan pintu kita. Inikah generasi masa depan kita, ini kah para penerus perjuangan Indonesia. Aku yakin kita tidak seburuk itu. Bagaimana sekarang untuk kita bergerak maju, berindak atas dasar keyakinan kita, bahwa PENERUS kita harus lebih baik dari pada kita. Orang-orang yang masih mau meluangkan waktu untuk membahas kasus yang mendera bangsa ini, orang-orang yang membahas ketidak adilan yang terjadi di masa ini, dan orang-orang yang selalu progresif dan bergerak maju, dan selalu mempersiapkan adik-adik terbaiknya untuk menggantikan posisinya di masa mendatang, melalui proses belajar dan penurunan nilai, yang kembali lagi bersinomim dengan kata kaderisasi. Buat saya, buat para penerus saya, saya hanya pesankan, KADERISASI HARGA MATI. Apa pun bentuk tekanan yang kalian hadapi, akan selalu ada solusi untuk melewati semuanya.

Dan terakhir untuk adik-adikku, kalian telah lakukan yang terbaik yang kalian bisa untuk menjalani proses pembelajaran tersebut, dan sekarang kalian telah mendapat hak tersebut, sebuah pengakuan akan keanggotaan kalian dalam Himpunan Mahasiswa Tambang. Namun semuanya akan sia-sia kalau kalian tidak melakukan apa pun untuk HMT ini. Kecintaanku terhadap HMT, teman-teman seperjuanganku, dan para pendahuluku, sudah saatnya kalian teruskan. Aku, teman-temanku, dan para pendahuluku, tetap ingin HMT ada sampai kapan pun. Budaya boleh berubah, namun NILAI TIDAK. Selamat berkarya adik-adikku.


Andy Yahya Al Hakim
Ketua Himpunan HMT ITB 2009-2010